Karhutla Terus Meningkat, Ketahui Faktanya dari Hasil Penelitian Siswa MAN IC OKI di International Conference
2 mins read

Karhutla Terus Meningkat, Ketahui Faktanya dari Hasil Penelitian Siswa MAN IC OKI di International Conference

Kebakaran Hutan, Lahan (Karhutla), dan Kebun terus meningkat di akhir September 2023 ini. Kita perlu mengetahui apa penyebab dan apa sebenarnya terjadi. Hal ini pernah terungkap dalam penelitian siswa MAN Insan Cendekia OKI pada tahun 2019 lalu.

Penelitian dilakukan oleh Aulia Afifatuz Zulfa dan Rafiska Chelsie Howitzerni dengan pembimbing Afryansyah  berjudul Rural Livelihood Strategies in Sumatra After the Implementation of ‘ASEAN 2020 Haze Free Policy’ (Case Study: Lebung Gajah Community, Ogan Komering Ilir, South Sumatera)

Penelitian tersebut dipaparkan pada The 9th International Symposium for Sustainable Humanosphere, 28 – 29 October 2019, Bogor, Indonesi. Sekaligus diterbitkan dalam IOP Conference Series: Earth and Environmental Science terindeks Scopus atau pada tautan Rural Livelihood Strategies in Sumatra After the Implementation of ‘ASEAN 2020 Haze Free Policy’ (Case Study: Lebung Gajah Community, Ogan Komering Ilir, South Sumatera) – IOPscience 

Indonesia pernah didaulat sebagai Negara dengan Karhutla terparah di dunia pada tahun 1998 dan pada tahun 2015 Karhutla Indonesia sampai menyelimuti udara Singapura dan Malaysia. Dari tahun ke tahun, dengan segala strategi pencegahan dan penanganan, Indonesia masih kewalahan dengan Karhutla.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan beberapa fakta penyebab terjadinya Karhutla.

Pertama, kondisi lahan gambut yang dimiliki Indonesia, terutama di OKI, akan mudah terbakar karena komposisinya. Lahan yang kering akan mudah terbakar dan kebakaran tersebut bisa lebih dari 1 hari karena pohon dan rumput di atas lahan gambut memiliki akar yang menjalar ke dalam.

Kedua, masyarakat terutama di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki tradisi membuka lahan dengan cara dibakar atau disebut dengan istilah sonor. Fakta inilah yang terungkap bahkan setelah didalami, di atas 80 persen kebakaran terjadi karena faktor kesengajaan untuk membuka lahan.

Ketiga, pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan yang berisi larangan, strategi untuk mengurangi terjadinya Karhutla, sampai dengan penanganan dampak Karhutla. Misalnya, secara internasional Negara-negara ASEAN sepakat untuk bekerja sama mengurangi polusi akibat kebakaran yang disepakati dalam The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. Pada tingkatan nasional, ditetapkan juga Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang larangan membakar hutan dan lahan. Kemudian kebijakan-kebijakan tersebut diikuti oleh beberapa turunan di bawahnya sampai ke tingkat Perda.

Keempat, fakta kedua dan ketiga dikatakan belum berkorelasi. Masyarakat yang menjadi narasumber dalam Forum Group Discussion (FGG) dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa penekanan untuk tidak membakar hutan dan lahan bisa diikutinya asalkan masyarakat mendapatkan jaminan peningkatan perekonomian.

Dengan demikian, penelitian siswa MAN Insan Cendekia OKI ini diharapkan mampu memberikan sumbangi informasi apa fakta sebenarnya di balik Karhutla yang terjadi saat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *